Sabtu, 08 Oktober 2016

Usaha atau Ketentuan?

Kamis sore, saya mengendarai motor hendak pulang dari kampus seperti biasa. Rasa lelah bercampur jenuh melihat ramainya kendaraan di jalanan Surabaya, menjadi teman saya ketika mengendarai kendaraan sore itu. Tidak kurang dari 6 juta kendaraan setiap harinya berlalu lalang antara Sidoarjo dan Surabaya. Saya adalah salah satu bagian dari 6 juta kendaraan tersebut. Luar biasa memang jumlah kendaraan di kota ini. Menurut suatu survey, sekitar 3000 unit motor terjual tiap tahun hanya di kota Surabaya. Tentu hal ini akan menjadi masalah dikemudian hari, jika kita sebagai warga kota ini tidak berusaha memikirkan jalan keluarnya.
Saya tidak sedang ingin membicarakan masalah jumlah kendaraan bermotor di sini. Namun, saya ingin menceritakan satu pengalaman yang saya rasa tidak semua orang pernah merasakannya. Sore itu ketika saya melintas di kawasan Prapen, kendaraan mulai dipacu lebih cepat oleh sebagian besar pengendara. Maklum, Prapen dapat dikatakan lebih lengang dibanding dengan area sekitar Panjang jiwo. Hambatan samping di kawasan Prapen juga lebih kecil. Biasanya, saya pun memacu kendaraan saya hingga sekitar 80 km/jam. Namun entah kenapa hari itu saya tidak melakukannya. Saya hanya memacu kendaraan hingga 70 km/jam.
Sampai di kawasan ruko Jemur Sari (dekat supermarket Sinar), saya tetap mengendarai kendaraan saya dengan kecepatan yang sama. Saya mengambil lajur kiri saat itu. Ketika asik berkendara santai sambil menatap kesibukan orang disekitar, tiba-tiba saja dari arah kanan saya, menyaliplah sebuah motor dengan kecepatan tinggi. Jika saya perkirakan, mungkin kecepatannya sekitar 100 km/jam. Saya menoleh kepada kendaraan tersebut. Terlihat 2 orang pelajar mengendarai motor tadi. Seorang cewek dan seorang cowok yang memakai helm full face
Saya sempat melihat cowok pengendara motor menutup kaca helm full face nya, sedangkan sang cewek menundukkan kepalanya karena angin yang mungkin terlalu kencang. Tak kurang dari 5 detik setelah saya melihat kejadian tersebut, tiba-tiba..
“Bummmmmmmmmmmm..........”
Saya tidak dapat melihat apapun kecuali debu yang beterbangan.
Astagfirullah, kedua pelajar tadi jatuh!!
Segera saja saya menepi dan buru-buru menolong mereka. Astaga. Motornya ringsek. Si cowok ternyata bisa langsung berdiri. Motor segera dipinggirkan agar tidak menghalangi jalan. Namun, na’as bagi si cewek. Dia tidak mengenakan helm! Sepertinya kepalanya membentur aspal dan dia mengalami gegar otak. Darah mengucur dari kepala hingga membuat seluruh mukanya basah oleh darah. Dia langsung tidak sadarkan diri. Setelah kejadian yang begitu cepat ini, saya hanya melihat si cowok berteriak histeris memanggil nama si cewek. “Firaaaa, Firaaaa...maafkan aku Firaaaaa..!”


Beruntung ada polisi yang kebetulan lewat. Segera saja si cewek dibonceng menggunakan motor ke rumah sakit terdekat. Semoga cewek tersebut selamat dan dapat pulih kembali. Amin.
Bagaimana pandangan Anda mengenai kejadian tadi? Jika kita bertanya siapa yang salah, semua berjalan salah. Mengapa cowok berani membonceng cewek tanpa helm dengan kecepatan tinggi. Mengapa jalanan di jemur sari bisa bergelombang dan membuat si cowok tidak mampu mengendalikan motornya. Jika dilihat lebih jauh, kenapa iklan motor di tivi selalu memamerkan kecepatan produk motornya? mengapa orang tua mengijinkan anaknya mengendarai motor. Kenapa orang tua si cewek mengijinkan anaknya diantar seorang cowok pulang? kenapa bukan orang tuanya saja yang menjemput. Terlepas dari siapa cowok tadi, apakah itu pacar ataupun kakaknya, tentu dia tidak menginginkan kejadian ini. Jika dia tahu apa yang akan terjadi ketika dia mulai memacu kendaraanya, tentu saja dia tidak akan melanjutkannya. Tidak ada yang mau kejadian ini terjadi.
Bisakah Anda membayangkan apa yang cowok tadi rasakan setelah kejadian itu? Jika orang tua si cewek tidak mampu berlapang dada, tentu si cowok akan dimarahi habis-habisan. Lebih jauh, mungkin si cowok akan trauma dan tidak berani lagi mengendarai motor. Apalagi jika akhirnya si cewek mengalami cacat ataupun lama pulih kembali.
Tuhan tentu tahu hal ini akan terjadi. Bahkan Tuhan lah yang menentukan bahwa ini akan terjadi. Pengetahuan Tuhan tidak terbatas. Dia tahu apa yang ada di masa lalu dan semua yang ada di masa depan. Masalahnya adalah, manusia tidak tahu apapun. Bahkan tentang dirinya sendiri, manusia tidak dapat mengetahui keseluruhan hal yang berkaitan dengan dirinya. Usaha yang dapat kita lakukan adalah berusaha sebaik baiknya. Dalam hal mengendarai motor, kita dituntut untuk selalu berhati-hati dan menjaga keselamatan ketika berkendara. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi kecuali Tuhan. Dengan berusaha seoptimal mungkin, kita sedang berkata kepada Tuhan ”Tuhan, aku sudah melakukan apa yang bisa kulakukan, sisanya aku serahkan kepadaMu”. Tuhan Maha Baik dan tentu saja tidak akan pernah berniat buruk kepada kita. Semua yang Tuhan kerjakan dan putuskan adalah yang terbaik. Apapun yang telah terjadi, kita harus syukuri. Itulah yang terbaik. Ya, keputusan Tuhan adalah yang terbaik. Kalau kita tidak bisa mensyukurinya sekarang, nanti pasti kita sadar kalau hal tersebut adalah bagian dari Rahmat Tuhan yang tidak terbatas.
Ada pertanyaan menarik, bagaimana bisa keputusan Tuhan adalah keputusan yang terbaik?
Terdapat 3 hal yang dapat dijadikan jawaban
1. Tuhan tahu apa yang tidak kita tahu. Tuhan tahu masa lalu dan apapun yang akan terjadi di masa yang akan datang. Mungkin saat ini kita merasa hal ini buruk, namun nanti bisa saja apa yang kita anggap buruk sekarang menjadi baik. Jika seorang anak kecil dilarang ayahnya untuk bermain main dengan pisau, tentu anak kecil tersebut akan marah. Dia merasa itu mainan yang asyik. Namun si Ayah lebih tahu dan merasa kalau pisau bisa membahayakan diri anak kecil tersebut.
2. Tuhan tidak memerlukan apapun. Tuhan bukanlah manusia yang memerlukan uang untuk hidup, Tuhan tidak perlu relasi untuk bekerja. Tuhan tidak pernah berhutang budi kepada siapapun. Kenyataan bahwa Tuhan tidak memerlukan apapun, memastikan kalau keputusan Tuhan tidak akan berpihak kepada salah satu sisi. Tuhan memberikan kerajaan untuk siapa yang benar-benar berusaha. Tidak peduli dia beragama apapun
3. Tuhan tidak punya kepentingan dengan urusan kita. Kenyataan ini juga memastikan kalau keputusan Tuhan tidak akan memihak. Manusia punya banyak kepentingan. Bisa saja seorang rektor takut kepada mahasiswa karena mahasiswa tersebut anak presiden. Tapi Tuhan tidak seperti itu.
Tentang peristiwa kecelakaan ini, tentu banyak hikmah yang dapat dipetik. Karena peristiwa tersebut, saya dapat menulis artikel ini. Anda dapat membaca tulisan ini. Si cowok akan lebih berhati hati lagi dari sebelumnya. Si cewek tidak akan lupa lagi memakai helm. Orang tua tidak akan lagi dengan mudah membiarkan anaknya dijemput orang lain. Saya sendiri jadi lebih berhati hati ketika berkendara. Dan masih banyak lagi hal lain yang dapat kita petik. Semua kesimpulan akhir ini hanya dapat membawa sebuah kata kata sakral yang terkadang kita jarang bisa mengucapkannya “Alhamdulillah...”

Tidak ada komentar: