Sabtu, 08 Oktober 2016

Kyai bukan Makhluk Suci

Kiai Bukan Makhluk Suci
Tidak ada yang pantas menyandang predikat makhluk suci di dunia ini. Setidaknya, lowongan untuk memiliki gelar tersebut telah ditutup sepeninggal Baginda Rasul SAW. Namun, masyarakat kita yang amat beragam dan memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda beda, kerap kali menghadiahkan gelar ini kepada orang-orang yang sesungguhnya tidak sanggup memikul gelar yang begitu berat ini.
Masih jelas ingatan kita kepada sosok kiai fenomenal yang mendadak kehilangan jamaahnya(khususnya ibu-ibu dan kaum perempuan) karena beliau menikah lagi. Menikah lagi bukanlah merupakan suatu kesalahan. Di dalam agama pun kita bisa menemukan ketentuan dan aturan yang mengatur seorang lelaki boleh menikah lagi. Bahkan, sang kiai telah memperoleh persetujuan dari istrinya. Tapi apa yang terjadi ketika hal tersebut dilakukan oleh seseorang yang telah mendapat gelar kehormatan orang suci dari masyarakat?
Memang mengajar ilmu agama bukan urusan mudah. Keikhlasan selalu menjadi pertaruhan dari setiap dakwah yang disampaikan. Jumlah jamaah bukanlah urusan besar. Seorang guru yang mengajar santrinya yang hanya dua orang di puncak gunung, bisa jadi lebih hebat dari seorang dai kondang yang memiliki sejuta ummat di kota besar. Kembali kepada masalah orang suci, sudah tidak ada lagi orang suci di dunia ini. Anda pasti setuju dengan pernyataan saya tersebut.
Jika Anda setuju, maka berhentilah berharap banyak kepada orang orang yang sekarang mungkin sedang di puja dan dihormati oleh orang banyak. Saya, Anda, dan kita semua, bisa mendapatkan tempat dan dihargai masyarakat hanyalah karena satu alasan. Apakah itu? Apakah karena kita menarik? Apakah karena kita kaya dan memiliki posisi penting dalam komunitas? Jawabannya adalah bukan. Saya, Anda, dan kita semua bisa diterima masyarakat adalah karena Allah menutup aib kita. Hanya sedikit dari keburukan kita yang orang lain tahu. Itulah alasannya.
Jadi, mengapa kita masih perlu kecewa ketika tokoh yang kita hormati dan puja tidak seperti yang kita harapkan? Sebelum kita menghujat orang lain, hujatlah diri kita sendiri dulu. Apakah kita siap andaikan sebagian aib kita dibuka tabirnya oleh Allah?
Kiai bukan makhluk suci. Mereka pernah melakukan kesalahan, namun sebaik baiknya orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang mau bertobat dan memperbaikinya. Allah sangat mencintai orang orang seperti ini. Lebih baik menjadi mantan preman daripada menjadi mantan kiai. Jika kiai berbuat kesalahan, itu wajar. Semakin besar seseorang, angin yang bertiup pasti akan semakin kencang. Semakin besar seseorang, tentu syaitan yang menggodanya juga akan semakin hebat. Bukan dari golongan setan kroco seperti yang terus menggoda kita.
Yang terpenting dari semua itu, sudah saatnya kita mengurangi ghibah. Apa itu ghibah? Rasul berkata ghibah adalah membicarakan keburukan orang lain yang memang benar adanya. Jika keburukan orang yang kita bicarakan tidak benar, itu fitnah namanya. Semoga Allah melindungi kita dari bahaya ghibah dan bencana yang akan ditumbulkannya. Amin.

Tidak ada komentar: