Ujian Nasional, perlukah???
Akhir akhir ini media massa banyak
memberitakan tentang aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh para pelajar, orang
tua, maupun guru di seluruh penjuru Indonesia untuk beramai ramai menolak
diadakannya Ujian Nasional sebagai syarat kelulusan siswa SMA atau yang
sederajat. Ujian Nasional sebagai penentu kelulusan memang telah lama menjadi
perdebatan di masyarakat. Walau
demikian, tahun ini menteri pendidikan
tetap memutuskan bahwa Ujian Nasional akan tetap diadakan sebagai penentu kelulusan
walau bukan sebagai syarat satu satunya.
Dari sudut pandang saya sebagai seseorang
yang baru dua tahun lalu mengikuti dan merasakan ujian nasional, dan sekali
lagi ini hanyalah pendapat pribadi yang
mohon maaf apabila pendapat yang akan saya sampaikan ini bertentangan dengan
pendapat Anda, Ujian Nasional memang harus dan perlu untuk dilakukan.
Kenapa saya mengatakan demikian? Sebagai
seorang mahasiswa yang baru saja bertemu dengan berbagai orang dari seluruh
penjuru Indonesia, saya dengan sangat amat menyesal memang harus berkata kalau
pendidikan di Indonesia masih belum merata kualitasnya. Tanpa bermaksud
meragukan kualitas guru yang berada di daerah pedalaman, kualitas lulusan di
daerah memang masih bisa dikatakan kurang. Menurut saya hal ini dikarenakan
teknologi informasi yang belum bisa dirasakan saudara saudara kita di daerah
pedalaman. Ketersediaan buku yang up to date dan fasilitas sekolah yang sangat
minim membuat perbedaan kualitas ini semakin jelas terlihat. Perbedaan ini
tidak hanya terlihat di tahap SMA, melainkan sudah dapat dirasakan sejak
jenjang pendidikan SD. Tanpa Ujian Nasional, keadaan ini akan semakin memburuk.
Akan muncul sekolah terhebat, dan tentu saja sekolah itu ada di tanah Jawa.
Saya merasa Ujian Nasional sungguh bermanfaat
untuk diadakan. Hal ini untuk menjamin kualitas lulusan sekolah menengah atas
di seluruh Indonesia. Saya tidak bisa memungkiri bahwa dalam pelaksanaannya,
ujian nasional memang masih dipenuhi dengan kecurangan, kebocoran soal, maupun
contek menyontek. Hal itu tidak bisa saya pungkiri karena memang yang
membutuhkan dan yang menyediakan telah ada di masyarakat. Namun saya tidak bisa
menerima pendapat adik adik saya yang
tidak setuju diadakan ujian nasional karena beranggapan bahwa itu menentang hak
asasi manusia, tidak adil, dsb.
Saya ingin membuka mata adik adik yang
masih duduk di bangku SMA, ujian nasional bermanfaat. Saya merasakannya
sendiri. Dengan ujian nasional, maka masa SMA yang akan selalu diisi dengan
tawa dan hura hura kebahagiaan anak muda tidak hanya diisi dengan kesenangan
dunia. Dengan diadakannya ujian nasional, saya dan teman teman saya dulu jadi
bisa sering ke masjid, kami jadi bisa menangis kepada Tuhan ketika istighosah,
berdoa dan sebagainya. Kami jadi lebih sering bertahajud, sholat dhuha, dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kami mau bersungguh sungguh belajar.
Coba Anda bayangkan ketika ujian nasional
ditiadakan. Apalagi yang bisa menakuti siswa SMA untuk lebih bersungguh sungguh
dan tidak hanya bersenang senang? Apakah Anda seratus persen yakin sekolah akan
memberikan gemblengan yang terbaik? Saya tidak yakin. Semua sekolah
menginginkan semua siswanya lulus, semua sekolah ingin memajang spanduk
kelulusan 100 persen, jika kelulusan berada di tangan sekolah, apakah Anda
yakin tidak akan ada siswa yang tidak mampu sesungguhnya namun dipaksakan lulus
agar sekolah bisa memasang spanduk lulus 100 persen?
Saya sedikit tergelitik melihat adik adik
saya yang sepertinya ketakutan untuk mengikuti ujian nasional. Kami semua
kakakmu merasakan ujian nasional dan kami baik baik saja..
Apa yang adik adik takutkan dari Ujian
Nasional?Apakah soalnya bukan soal untuk anak SMA? Apakah kemungkinan lulusnya
begitu kecil sehingga Adik Adik merasa takut?atau adik adik sendiri sebenarnya
yang telah menyadari bahwa selama 3 tahun ini adik adik telah malas belajar dan
jika diadakan ujian maka adik adik tidak akan lulus?saya rasa tidak ada yang
perlu ditakutkan jika kalian memang belajar sungguh sungguh selama tiga tahun
di SMA. Tidak akan ada soal mahasiswa yang keluar dalam Ujian anak SMA. Atau Anda takut pensil Anda tidak terdeteksi
oleh computer dinas pendidikan?
Dari seorang guru saya di SMA, beliau
pernah berkata bahwa untuk memutuskan bahwa seorang siswa dinyatakan benar
benar tidak lulus, tidaklah sesingkat menunggu mie matang prosesnya.
Ketika hasil koreksi computer diumumkan dan
sebuah sekolah dinyatakan memiliki siswa yang tidak lulus, maka dinas
pendidikan akan memanggil kepala sekolah yang bersangkutan. Dinas pendidikan
kemudian akan menyerahkan lembar jawaban siswa yang tidak lulus untuk diberikan
kepada kepala sekolah dan meminta kepala sekolah untuk mengoreksi lembar
jawaban itu sekali lagi secara manual. Barulah ketika hasilnya memang benar
benar tidak lulus, dengan berat hati siswa tersebut memang belum pantas
melanjutkan pendidikan.
Ujian Nasional masih perlu dan tidak boleh
dihapus. Setidaknya sampai pendidikan di negeri tercinta ini dapat benar benar
telah merata dan berkualitas sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar