Sabtu, 21 Juli 2012

Definisi Hidup Sejahtera


Definisi hidup sejahtera
(dikutip dari buku yang tidak sengaja terbaca ketika berada di toko buku)

Waktu menunjukkan pukul 08.00 pagi. Seseorang berpenampilan necis dengan dasi dan sepatu yang tentu saja disemir mengkilat berjalan keluar menyambut sopir yang telah membukakan pintu mobil mewahnya.
“Selamat pagi pak” sapa sopir ramah.
Sang majikan hanya mengangguk kecil lalu memasuki mobil. Pintu mobil segera ditutup, perjalanan ke kantor pun di mulai.



Di dalam mobil, sang majikan langsung membuka laptop dan segera saja jarinya menari di atas keyboard sambil sesekali melirik ke luar jendela mobil. Perjalanan ke kantor seringkali berlangsung sama setiap hari. Sopir menyetir, dan majikan bekerja dengan laptopnya. Jarang sekali terjadi perbincangan antara kedua orang tersebut. Mungkin sang majikan merasa sopir tidak akan mengerti dengan apa yang dia bicarakan. Begitu pula  sopir merasa malu untuk menanyakan sesuatu karena tidak tahu apakah yang akan dia bicarakan berkenan di hati sang majikan. Terlepas dari dugaan di atas, kedua orang ini memang jarang sekali berbincang selain perbincangan tujuan mobil mewah tersebut diarahkan.

Terlepas dari pertigaan lampu merah, mobil kembali melaju dengan perlahan menuju ke pusat keramaian kota. Sang majikan terus sibuk dengan pekerjaan di dalam laptopnya hingga tiba-tiba saja dia tertarik dengan sesuatu yang dilihatnya.
Dia melihat seorang pemulung yang sedang menggelar tikar. Pemulung tersebut tampaknya ingin melanjutkan tidurnya di depan sebuah emperan toko kosong. Singkat cerita, tingkah laku pemulung ini mengundang hasrat sang majikan untuk menanyakan beberapa hal kepada pemulung tadi. Sang majikan kemudian memerintahkan sopir untuk berhenti. Sang majikan kemudian turun dan mencoba menyapa si pemulung.

“selamat pagi Pak…” sapa sang majikan setelah keluar dari mobil.

Si pemulung sedikit terkejut dengan suara sapaan tadi. Jarang sekali ada orang yang menyapanya.
“Oh, selamat pagi…”

Pemulung kemudian menyiapkan bantal usangnya dan tak lama kemudian semakin jelaslah terlihat bahwa pemulung tadi hendak tidur.

“Bapak sedang apa?” tanya sang majikan

“sedang bersantai pak….” Jawab si pemulung singkat

Di dalam hati, sang majikan seperti menertawakan pemulung ini. Tentu saja dia jadi pemulung, tidak menjadi seperti aku yang kaya raya ini. Lawong pagi begini dia malah mau tidur. Bagaimana mungkin dia bisa menjemput rejeki. Perasaan iseng kembali membuat sang majikan meneruskan perbincangan tersebut.

“Bapak tidak bekerja? Inikan sudah jam delapan pagi. Lihatlah di jalanan ramai orang berlalu lalang mengais rejeki.”

Si pemulung hanya menoleh sedikit lalu bertanya balik

“Untuk apa bekerja Pak?”

Mendengar pertanyaan itu sang majikan kaya tertawa lepas..

“hahaha, bekerja kok untuk apa sih pak. Ya untuk dapat uang Pak…”

Si pemulung tidak merubah mimik mukanya dan kemudian melontarkan pertanyaan lanjutan.
“lalu setelah dapat uang untuk apa Pak?”, tanya pemulung.

“Uang itu segalanya pak. Anda bisa membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin dengan uang. Kalau bapak punya uang, Bapak juga bisa membeli mobil mewah seperti saya, membeli rumah, membeli kulkas, 
dan yang paling penting bisa membeli kasur sehingga bisa bapak jadikan tempat istirahat yang enak…”jawab sang majikan panjang

“hemmmm, lalu semua itu untuk apa Pak?” si pemulung ternyata kembali bertanya untuk apa.

“ya, biar hidup anda jadi santai pak…” jawab si majikan sambil tersenyum bangga.

Pemulung tetap saja melanjutkan ritual tidur paginya dengan menjatuhkan kepalanya ke bantal usang sambil berkata kepada sang majikan

“Bapak tidak lihat ya saya sedang santai”
….

Tidak ada komentar: