Rabu, 28 Juni 2017

Apakah pengusaha itu dibuat, ataukah dilahirkan?

Sebuah pertanyaan pembuka dalam seminar pengusaha bersama Bapak Chairul Tandjung ini menggelitik hati saya. Pada waktu itu, jawaban beliau, jika saya tidak salah dengar dan memahami, adalah bisa keduanya.

Pengusaha itu bisa saja dilahirkan, karena memang berbakat kesana, namun bisa juga dibuat, ditempa oleh lingkungan dan diasah oleh orang orang disekitarnya.

Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada beliau dengan jawabannya,

Menurut hemat saya, sejauh pemahaman yang telah saya terima, berdasarkan pengalaman hidup selama 28 tahun ini, semua orang (termasuk pengusaha) are born (dilahirkan).



Saya berpandangan tidak ada yang namanya dibuat oleh lingkungan, orang sekitar, atau keadaan. Kenapa? karena semua yang barusaja saya sebutkan, lingkungan, orang sekitar, dan juga keadaan, adalah dilahirkan pula.

Apakah kita pernah meminta lingkungan dimana kita hidup sekarang? apakah kita pernah meminta kenal dengan orang sekitar kita sekarang? atau apakah kita pernah minta keadaan yang kita alami sekarang?

Semua sudah disiapkan oleh Tuhan. Bahkan, sebelum kita lahir, guru kita sudah dididik di bangku sekolah, persiapan untuk mengajar kita nanti. Sebelum kita lahir, orang tua kita sudah disiapkan dan dididik dengan lingkungan mereka masing masing, yang juga telah disiapkan oleh Tuhan.

Bahkan Nur Muhammad telah disiapkan sebelum semua manusia dilahirkan.

Sekolah-sekolah kita telah didirikan sebelum kita wajib sekolah. Semua itu born. Diciptakan terlebih dahulu oleh Tuhan.

Bagi sebagian orang mungkin mengatakan. Ya, kan kita yang pilih mau sekolah kemana, mau ketemu siapa di jalan, mau kenalan sama siapa.

Bagi saya, Iya memang itu kita yang pilih. Terlihat bebas. Terlihat tergantung tindakan kita. Tergantung pilihan kita.

Namun, apakah terlihat sama di mata Allah? hemat saya tidak. Allah Maha Mengetahui. Bahkan, sebelum kita memilih, Allah telah tahu pilihan kita akan jatuh kemana. Kenapa? karena Allah Tuhan kita. Ibarat sebuah program, Allah adalah programmer nya. Tidak mungkin program berjalan diluar kehendak programmer nya. Artinya, kita sebagai program sudah pasti menjalankan apa yang diprogramkan. Bedanya, kita punya free will. Kehendak bebas. Kehendak ini, ditataran pemahaman kita, akan terlihat seperti seolah olah kita yang melakukannya, kita yang memilih nya.

Saya sering menggunakan perumpamaan ini. Pernahkah Anda melihat siaran ulang pertandingan bola? Allah sebagai Tuhan kita, walau tentu tidak tepat sebagai perumpamaan, mungkin bisa diumpakan sedang menonton ulang siaran tersebut. Kita? kita adalah pemain bola nya. Kita tidak tahu siapa yang menang. Tugas kita hanya bertanding sebaik baiknya. Kenapa bisa demikian? dimensi makhluk adalah terikat ruang dan waktu 'sekarang' atau saat ini. Sedangkan Dia, Allah, tidak terikat dengan dimensi tersebut. Bagaimana mungkin Allah terikat dengan sesuatu yang Dia ciptakan? bukankah ruang dan waktu juga merupakan ciptaan Beliau?


Jakarta, 28 Juni 2017

Tidak ada komentar: