Minggu, 25 Juni 2017

Level Tafsir adalah level bebas

Sering,
Saya dan Anda berbeda pendapat mengenai tafsiran.
Bukan apa apa, yang ditafsirkan adalah tulisan. Tanpa gambar. Atau juga video. Bahkan, meski tulisan ini dilengkapi gambar dan video, tafsiran kita pun bisa beda kok!.

Level tafsiran adalah level bebas.
Tafsir saya sangat sah jika berbeda dengan tafsiran Anda.
Tafsir Anda pun, sah dan tak boleh didebat oleh saya. Namanya juga tafsir.

Tafsirkan kalimat ini:

"Budi menembak temannya"

Beberapa tafsiran yang muncul karena terbatasnya kalimat dan ketidaktahuan kita tentang kejadian yang sesungguhnya:
1. Budi menembak mati temannya (fokus hasil)
2. Budi menyakiti hati temannya (fokus majas)
3. Budi menembak temannya, tapi tidak sampai mati. (fokus hasil)
4. Budi menembak temannya  karena dia cinta sama temannya (fokus majas)
5. Budi bermain tembak tembakan dengan temannya karena Budi tidak mungkin punya senjata api (Fokus situasi)
6. Budi menembak temannya tapi meleset (lagi lagi fokus hasil)
7. Budi sedang mabuk (fokus tokoh, karena Budi adalah orang yang baik)
8. Teman budi punya salah fatal sama Budi (fokus tokoh, karena Budi adalah orang yang baik)
9. Budi menembak temannya si anu. Akhiran -nya dianggap sebagai kata ganti dia --> Budi menembak teman dia.

Lho jangan marah mas mbak, itu cuma tafsir saya lho. Kalau Anda punya tafsir beda, sah sah saja kok.=)

Dari sini, kita baru sadar bahwa ahli bahasa itu penting ya. Tidak cukup ahli bahasa, ahli sejarah juga penting untuk memahami apa yang terjadi pada kala itu. Berikutnya, diperlukan ahli tentang Budi biar paham apa yang dilakukan oleh Budi. Perlu dipanggil juga ahli dari "teman" yang ditembak untuk menggali kira kira kejadian seperti apa yang terjadi antara Budi dan "temannya". Cukup? perlu ahli tembak menembak kah?



Setelah membaca tulisan ini, kira kira bagaimana penafsiran Anda tentang saya? pluralis? ah, itu kan tafsir Anda. Saya sendiri sering berubah ubah dalam menafsirkan diri saya.

Tidak ada komentar: