Jumat, 21 September 2018

Saya bisa melakukan semuanya!

Sebutkan satu hal yang bisa kita lakukan sendiri.



....

Memejamkan mata.
Emang Anda yakin bisa memejamkan mata kalau tanpa seizin Dia? lha wong maksa tidur aja gak bisa kalau ndak ngantuk. Trus yang datangin kantuk Anda siapa? Saya, gitu?


Pipis.
Ayo sini coba panggil pipis Anda sekarang, saya mau Anda pipis sebanyak 250 cc. Sekarang!

Bernafas.
Kapan Anda pertama kali belajar bernafas? kok tiba tiba bisa? ah, itu kan alamiah. Semua punya insting untuk bernafas, jadilah orang bisa bernafas. Lalu, siapa yang memberikan insting itu? Saya, gitu?

Hidup.
Sejak kapan kita mulai menamai hidup ini sebagai "hidupku"? hidupku itu maksudnya hidup milik aku gitu? bah, kapan pula Saya minta hidup kok tiba tiba hidup ini jadi milik ku? Wong tiba tiba saja saya hidup. Apakah saya mengajukan proposal kehidupan saya sebelum saya dilahirkan? apa kita tau kapan kita akan mati?

Sesungguhnya, kita tidak bisa sama sekali melakukan apapun. Dialah Allah SWT yang menghidupkan dan mematikan, yang menggerakkan, memberikan kita ilham, mengajari kita pandai bicara, dan belajar banyak hal.

Dialah Allah yang membuat banyak hal di sekitar kita yang kita sendiri tidak pernah memikirkannya, berjalan sedemikian hingga kebutuhan kita dapat berjalan mulus tanpa kendala.

Menjadi "Cina" di negeri anti "Cina"

Judul tulisan ini bisa diganti dengan yang lain lho. Misalnya seperti ini:
"Menjadi muslim di negeri anti muslim"
"Menjadi orang indonesia di negeri yang benci indonesia"
"Menjadi orang Papua di Jakarta"
"Menjadi perokok di negeri yang mengharamkan rokok"
"Menjadi orang komunis di tengah orang demokratis"
dsb.

Image result for orang cina

Melalui tulisan ini, saya ingin mengajak semua orang untuk mengerti betapa sulitnya menjadi minoritas, apalagi jika minoritas itu terus terusan di diskriminasikan.

Saya ambil contoh Etnis Tionghoa, banyak yang menyebutnya dengan sebutan Cina (terutama di pulau jawa). Saya pribadi adalah turunan Cina. Nenek saya orang Tionghoa. Kakek saya orang Jawa. Tentu saya masih berhak berkata saya turunan Cina. 

Pernahkah Anda berpikir betapa susahnya menjadi orang cina di Indonesia? Anda lahir dan membuka mata dengan menyadari kondisi fisik yang berbeda dengan mayoritas orang di sekitar Anda. Lahir lebih putih, mata lebih sipit, dan sebutan yang langsung melekat: "CINA"

Beberapa saat kemudian, Anda akan menyadari bahwa di sekitar Anda, orang memiliki dikotomi. Ada pribumi, ada Cina. Cina selalu dianggap bukan pribumi. Cina selalu dianggap pendatang. Cina selalu dianggap bukan bagian asli dari masyarakat Indonesia.

Lalu, Anda akan menemui banyak kesulitan. Pertama sejak mengurus Akta kelahiran. Anda akan berhadapan dengan seluruh perangkat kelurahan atau desa yang tentu bukan orang cina (Apakah untuk masuk STPDN atau menjadi pengurus kelurahan dipersyaratkan tidak boleh Cina?). Anda mengurus KTP dengan orang orang yang menyebut diri mereka pribumi. Anda pun mengurus berbagai surat lainnya seperti SIM, Bayar pajak PBB, dll dengan orang yang menyebut diri mereka pribumi.

Lebih jauh lagi, Anda akan bertemu orang orang militer yang selalu bukan dari etnis Anda. Tidak ada polisi cina. Tidak ada TNI cina. Yang ada orang cina dagang HP di pasar glodok. Orang cina dagang sembako di pasar tradisional. Di sekolah pun, Anda akan selalu menjadi berbeda. Sampai sampai, untuk menangani perbedaan ini Anda harus mendirikan sekolah khusus. Hal ini untuk mengindari diskriminasi atau tindak intimidasi yang mungkin akan dialami oleh anak Anda. 

Baru kemarin saja ada orang cina yang bisa jadi gubernur. Itupun tidak sampai selesai, sebelum selesai sudah masuk bui. 

Sementara itu, Anda diwajibkan untuk terus menyanyikan lagu Indonesia Raya. Namun kondisi sosial kemasyarakatan selalu menganggap Anda berbeda. Anda pun dihadapkan pada unjuk rasa dan berbagai tekanan politik terkait etnis Anda. Setelah itu, gerakan gerakan anti etnis Anda bermunculan. Mengatasnamakan agama, mengatasnamakan apapun. Puncaknya, etnis Anda di rampok, di jarah kekayaannya, dan di bantai pada kerusuhan 98. 

Syukurlah, kondisi mulai membaik setelah Gus Dur menjadi presiden. Agama Anda mulai di akui, Anda tidak perlu berpura pura menjadi agama lain lagi. Berikutnya, hari besar agama Anda mulai diakui. Budaya Anda mulai disejajarkan dengan yang lain dan dapat masuk dalam kalender nasional. 

Namun, kondisi ini kembali memanas akhir akhir ini. Dikotomi cina dan pribumi kembali menguat. 
Guys, tolong pikir lagi. Kondisi ini tidak akan membaik jika kalian orang bukan cina semakin bersikap seperti itu. 

Bahwa beberapa etnis cina kurang elok sikap nya, kurang baik tingkah lakunya, kurang sopan attitude dan perkataannya, mohon dimaklumi. Jangan jangan itu semua hanya untuk bereaksi terhadap semua aksi orang pribumi selama ini. Semua orang sedang berjalan dan berlomba untuk memperbaiki diri. Sama hal nya, apakah tidak ada orang jawa yang biadab? atau tidak adakah orang pribumi yang tak tau diri? tidak adakah orang pribumi yang tidak kenal tetangga? tidak suka bersosialisasi? tolong berbesar hati jika kami memisahkan diri karena sikap kalian sendiri, yang selalu memperlakukan kami sebagai orang yang berbeda dari yang lain. 

Jika kalian menganggap diri kalian adalah orang yang beragama dengan cara paling baik, memiliki keyakinan yang paling benar, apakah kalian lupa jika Tuhan kalian jua lah yang menciptakan kami terlahir disini? 

Ada juga kok orang cina muslim. Banyak. Kalau tidak percaya jalan jalan saja ke Cina bagian barat. 

Please akui kami sebagai pribumi. Fakta sejarah mengatakan bahwa nenek moyang kami sudah ber abad abad lalu tiba di nusantara ini. Artinya, nusantara ini bukan tanah asing bagi kami. Tanah tumpah darah kami adalah Nusantara (secara Indonesia baru numpangin nusantara 70th). Jika kalian bangga ada orang Eropa jadi WNI, kenapa kalian tidak merasa bangga ada banyak orang cina jadi WNI? Please buat kami bangga menjadi WNI. Buat kami merasa tenang hidup di sini. Jadikan kami bagian dari kalian. 

Paksa kami jadi TNI, Polisi, Pegawai negeri, atau pegawai kelurahan. Buka rekrutmen kalau perlu mewajibkan sekian persen harus ber etnis cina. Kapan kalian bisa dewasa kalau masih menganggap etnis kalian sendiri yang terhebat? kapan kalian dewasa kalau masih meng ekslusifkan diri? apakah kalian tidak bercermin pada Singapura? ada berapa etnis disana? dan semua jadi warga negara singapura.

Mari bersama sama menjadi lebih dewasa dengan melihat dan berpikir secara global, bukan lokal. 




Kedekatan Cinta

Kedekatan Cinta (Edit Bebas dari Puisi Johann Wolfgang von Goethe)




Aku memikirkanmu,
ketika melihat matahari bersinar, berkilauan di laut.
Aku memikirkanmu,
ketika kilau bulan
memantul di permukaan danau.
Aku melihatmu,
ketika berjalan jauh
dan debu beterbangan ke udara.
Di malam malam yang dalam
ketika jembatan sempit,
pejalan itu gemetar.
Aku mendengarmu,
ketika terdengar raungan tumpul
gelombang bergelombang.
Di kebun yang tenang saya sering pergi mendengarkan
ketika semua diam.
Saya dengan Anda,
seberapa jauh Anda berada,
kamu di sebelah saya!
Matahari sedang terbenam,
segera bintang-bintang akan bersinar pada saya.
Kalau saja Anda ada di sini!