Selasa, 23 Mei 2017

Menjadi Air

Air 

Menjadi air. Kenapa air?

Air adalah zat yang paling kuat dan dominan di dunia ini. Air tidak bisa musnah. Hanya bisa berubah wujud. Secara teoritis dan empiris, jumlah air di muka bumi tidak pernah berkurang. Selalu tetap sepanjang masa.

Ketika air dipanaskan, (baca: disiksa, disakiti), lihatlah ia. Dengan ketenangan ia justru meringankan massanya, berubah menuju yang lebih baik, naik ke atas, ke puncak tertinggi.

Ketika air didinginkan, dia membeku, mengeras, menunggu momentum yang tepat untuk mencair, kembali ke wujud aslinya.

Air selalu mencari tempat rendah. Ia zat yang bisa naik ke atas, namun kesombongan tidak melekat padanya. Ia selalu saja berjalan menuju tempat yang lebih rendah.

Air selalu konsisten, apapun yang menghadang di depannya, ia hadapi dengan gagah berani. Batu besar boleh menghadang, saling menjauh lah ia, seolah akan berpisah, namun ternyata mereka bertemu di ujung sungai itu. Tetap setia meski aral menghadang.

Air tidak mengenal jalan buntu. Kalau ia tidak menemukan jalan, dia bersiap untuk menyambut mentari pagi, yang telah menjadi sebuah keniscayaan, bahwa mentari pasti datang. Mentari pasti hadir. Kedatangan mentari pun tak ia sia siakan, lagi lagi ia meringankan tubuhnya, naik ke nirwana.

Air jika berkumpul (baca: laut), tidak ada yang bisa mengalahkannya. Kapal sebesar apapun, tentu bisa ia gulingkan. Karang sekuat apapun, ia pun bisa menghancurkan. Kata orang jawa, jadi orang sing nyegoro. Karena hanya laut yang bisa menerima apapun. Orang dulu suka membuang benda pusaka di laut. Karena di laut semua menjadi netral.

Air adalah sumber daya utama kehidupan. Tanpa air, sudah bisa dipastikan tidak akan ada kehidupan di dunia ini. Bahkan sebuah planet diduga keras bisa dijadikan tempat manusia hidup, karena ada airnya. Jika manusia bisa menjadi air, menjadi manusia bermanfaat dengan semua kemanfaatannya, sungguh luar biasa hidup ini. 

Air tidak bisa di samurai. Akan terpercik muka kita kalau mau memotong air. Air tidak bisa dipukul. Pukullah ia, ia tidak akan membalas, hanya bergemericik tanda menerima. 

Air, ketika menemui jalan yang sempit (Baca: cobaan), kecepatannya bertambah. Sepertinya Air justru sangat menyukai tantangan. 

Air pintar beradaptasi. Apapun wadahnya, ia bisa mengikutinya. Di taruh wadah botol, dia ikutin bentuk botol. Ditaruh wadah panci, dia ikutin bentuk panci. 

Itulah air. Zat luar biasa yang ada di  muka bumi ini.  Monggo ditambahkan jika ada hikmah air yang belum ditulis.

Sekian, semua yang saya tulis hanyalah penafsiran saya sendiri, hari ini tanggal 23 Mei 2017, saya masih berproses dan setiap yang saya sampaikan bisa saja saya revisi suatu saat nanti. Tidak ada kebenaran hakiki di tulisan saya, semata itu hanyalah kebenaran pribadi, berdasarkan pemahaman saya dan sejauh apa yang saya mengerti saat ini. Saya hanya mewakili diri sendiri, bukan mewakili seseorang, organisasi, apalagi mewakili islam. Wallahua'lam bisshowab.









Tidak ada komentar: