Sabtu, 10 Maret 2018

Jika Anda diberi 1 permintaan

Suatu ketika, di kepala saya terlintas sebuah pemikiran. Mungkin karena terlalu banyak menonton film, atau ter ilhami dari film Aladdin, dimana Seorang Jin bisa mengabulkan permintaan kita apa saja namun hanya 1 buah permintaan. Saya kemudian membalik pertanyaan ini seperti ini:

"Jika Tuhan mengijinkan kita meminta satu permintaan saja, apakah yang akan kita pinta kepadaNya?"

Wah, ini pertanyaan sulit. Kenapa? karena kita memang banyak maunya. Dua saja banyak yang tidak cukup, apalagi cuma satu.
Hasil gambar untuk aladdin

Permintaan kita, tidak boleh dangkal. Tidak boleh bersifat materi karena materi adalah hal yang paling dangkal dan cepat habis. Jika Anda yang diberi kesempatan untuk meminta, kira kira apakah yang akan Anda pinta?

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kalau Anda bertanya kepada saya. Saya sudah punya jawaban apa yang akan saya pinta. Inilah satu permintaan saya kepada Allah Subhanahu wa Taála:

Tunjukkanlah kami kejalan yang lurus
Ihdinassirotol mustaqim

 Bukan tanpa tujuan ayat ini diletakkan di surah Alfatihah. Surah yang kita baca setidaknya sehari semalam 17x. Terdapat satu permintaan di surah tersebut yang selalu kita pinta. Ya, kita minta ditunjukkan jalan yang lurus. Artikel tentang jalan yang lurus ini bisa dilihat disini.

Dengan mengetahui jalan yang lurus, semua hal di dalam hidup kita akan selamat. Jalan yang lurus adalah jalan dariNya. Jalan yang dilalui oleh semua orang yang Dia cintai. Jalan memuliakan orang tua, menghormati tetangga, menyayangi sahabat, dan semua perbuatan baik yang dicontohkan oleh Rasulullah. Jalan yang lurus juga telah dicontohkan oleh semua nabi dan RasulNya. 



Output Beragama

Untuk apa beragama itu? pertanyaan ini seringkali kita lupakan, atau bahkan tidak pernah kita lontarkan. Sesungguhnya, untuk apa beragama? untuk apa Tuhan menurunkan agama?

Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita pahami dulu apa pengertian dari agama. Based on Wikipedia, inilah pengertian agama:

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi".[10]. Kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.

Dari pengertian di atas, setidaknya ada beberapa hal yang diatur oleh agama:
1. Cara beribadah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
2. Cara bergaul dengan manusia
3. Cara bergaul dengan lingkungan

Jika diringkas lagi, sebenarnya agama hanya mengatur satu hal: "Bagaimana cara beribadah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa". Itu saja yang diatur oleh agama. Lantas yang dua kemana? tidak diatur? tentu saja 2 hal sisanya yang lain merupakan bagian dari beribadah kepada Tuhan. Pengertian ibadah bukan hanya berarti "ibadah fisik/ ritual". Saya rasa semua sepakat bahwa beribadah kepada Tuhan bukan hanya sholat di masjid, datang ke gereja, rutin ke wihara, atau ritual pemujaan kita kepadanya. It's a ceremony. Yang jauh lebih besar nilainya adalah diluar ceremony. Di kehidupan kita sehari hari.

Hal ini mungkin mirip dengan ceremony kita di kehidupan. Ceremony nya adalah Upacara bendera. Apakah kita hanya berhenti pada upacaranya saja dan dapat mengatakan kalau orang yang rajin ikut upacara bendera adalah orang yang cinta negara?

Membatasi istilah beribadah dengan mengaitkannya hanya kepada ibadah ritual, mirip juga dengan kebanyakan masyarakat kita yang menafsirkan amal sebagai infaq/ sedekah. Akhirnya muncul kotak amal. Muncul pula pertanyaan seperti kemarin Jumát an kamu amal berapa?

Padahal, kata amal sendiri sebenarnya berarti bekerja atau berbuat. Ber amal sholeh artinya bekerja dan berbuat sesuatu yang baik sesuai ajaran Nya. Jadi, sesungguhnya setiap Jumat kita mengisi yang namanya 'Kotak Perbuatan'.

Hasil gambar untuk kotak amal 


Kita kembali pada pengertian agama. Dengan pengertian yang telah kita bahas sebelumnya, apakah layak seseorang disebut telah beragama dengan baik hanya dengan melihat bagaimana dia beribadah ritual? Apakah Anda orang yang rajin sholat? apakah Anda sudah berhak mendapat gelar orang yang beragama dengan baik? Apakah Anda setiap minggu ke Gereja? apakah Anda sudah bisa disebut umat kristiani yang taat?

Kok saya rasa belum ya. =). Jika sholat diibaratkan upacara bendera, bukti konkrit kalau kita telah sholat adalah diluar sholat. Bagaimana kita bertata krama di lingkungan sekitar kita, bagaimana kita berakhaq di lingkungan kerja kita. Bagaimana kita berinteraksi dengan keluarga, dengan anak, dengan tetangga. Bagaimana kita ber lalu lintas di jalan raya. Bagaimana kita menjalankan bisnis. Bagaimana kita berbakti pada orang tua, menghormati guru, dan menyayangi sesama. Bagaimana kita membuang sampah, bagaimana kita menjaga sungai, bagaimana kita merawat lingkungan. Semua itu adalah tolok ukur apakah seseorang telah beragama atau belum.

Percuma sholat Anda, kunjungan gereja Anda, dan semua ritual Anda, jika Anda tidak pernah menyapa tetangga. Percuma semua sedekah Anda jika Anda tidak bisa berlalu lintas dengan baik dan tidak membahayakan orang lain. Percuma saja Anda meniru Rasulullah dengan misal bersiwak setiap sebelum sholat, atau makan dengan tiga jari, tapi Anda lupa dengan adab dan tuntunan Rasul dalam bermasyarakat. Lagi lagi, upacara bendera bukan tujuan. Upacara bendera adalah alat untuk membangkitkan semangat kebangsaan. Sholat bukan tujuan, sholat adalah alat untuk kembali mengaitkan seluruh hidup kita pada tuntunanNya.

Akhirnya, output beragama adalah menjadi manusia baik. Apapun agamanya, kalau sudah meledakkan kantor polisi, dia telah keliru. Tuhan yang menciptakan manusia dan Beliau pula yang menginginkan kita memiliki keyakinan yang berbeda beda. Tuhan bisa menjadikan kita semua beragama satu saja, namun Tuhan tidak melakukannya. Kira kira kenapa ya?

Kalau sudah begitu, apakah masih layak kita menganggap diri kita paling benar? agama kita paling lurus? Tuhan bisa meletakkan cahayaNya pada siapapun, dikondisi apapun, dengan latar belakang orang apa saja. Berhentilah memperdebatkan apa dan kenapa. Mari menjadi manusia baik dulu, sebagai tanda bahwa kita benar benar beragama. Manusia baik tidak akan menghardik. Manusia baik tidak akan menghina, menggunjing, apalagi menyakiti. Manusia baik memandang orang lain sebagai sesama manusia. Bukan dari suku, ras, atau agama. Semoga kita semua bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi dari hari ke hari. Ihdinassirotol mustaqim. Wallahua'lam bisshowab.